Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Semangat Boleh, Asal Jangan Terlalu Bersemangat Saja


Terlalu bersemangat adalah penyakit

Jika kita sedikit melirik ke kehidupan orang – orang terdekat, banyak dari mereka yang memiliki semangat yang berlebihan untuk melakukan banyak kesibukanmenghabiskan setiap menit dengan kegiatan, organisasi, tugas, hingga tekanan dari pekerjaan. Mereka akan selalu mencoba hal – hal baru untuk dieksplorasi.

Mungkin menurut mereka hal itu akan membuat mereka  merasa lebih puas, sukses, dll. Padahal terkadang, hal – hal seperti itu hanya nikmat di awal saja, ketika kita masih bersemangat. Lalu ketika sudah bosan, semuanya akan sirna begitu saja.

Misalnya begini

  • Ketika kita pertama kali bekerja, kita akan sangat bersemangat menyelesaikan satu tugas ke tugas lainnya dengan cepat dan terus menerus sampai menjadi manusia multifungsi yang bisa melaksanakan banyak hal dalam sehari. Padahal gaji kita masih tetap begitu – begitu saja, malah bos kita yang semakin sukses.

  • Ketika kita mencoba untuk memulai berolahraga, kita memaksa diri kita sekeras yang kita bisa sampai akhirnya kelelahan dan sakit. Karena sudah sakit, kecil kemungkinan kita ingin berolahraga lagi.

  • Ketika kita berwisata, kita ingin melihat semua landmark dan berfoto ria  sampai lupa makan dan beristirahat. Setelah sampai di rumah, kita malah kecapekan dan sakit.

Loh, bukannya bersemangat itu baik ya? Iya, tapi terlalu bersemangat itu tidak baik.

Lalu bagaimana kita bisa mengontrol perasaan semangat yang berlebih? Fokus dan bekerja sedikit demi sedikit.

Misalnya

  • Ketika pertama kali bekerja, harusnya kita melakukan satu hal pada satu waktu dengan fokus. Ketika sudah merasa kewalahan, harusnya kita membuat daftar prioritas pekerjaan yang harus diselesaikan. Sehingga kita bisa mengerjakan dengan fokus tanpa harus multi-tasking. Yah, meskipun gaji masih tetap UMR, tapi setidaknya mental kita masih sehat dan normal

  • Ketika mulai bersemangat olahraga, harusnya kita membuat schedule misalnya latihan otot selama 45 menit setiap hari Senin, Rabu, dan Kamis. Lalu di hari minggunya, kita jogging. Terasa sebentar, tapi jika bisa rutin, ini akan sangat membantu 

  • Lalu ketika berwisata, kita boleh – boleh saja mengunjungi semua landmark dan berfoto ria, tapi kita harus juga beristirahat dan makan tepat waktu agar tidak sakit.

Berikut adalah empat tanda bahwa kita terlalu bersemangat

Mulai merasa bosan dan kewalahan dengan semua hal yang dilakukan. Ingat! Semangat yang berlebihan adalah kesalahan terbesar yang dilakukan banyak orang sehingga mereka stress dan kewalahan. Awalnya mungkin terasa asik, tapi tanpa butuh waktu lama, kalian pasti akan merasa bosan hingga akhirnya meninggalkan semuanya satu per satu. Perlu diingat juga bahwa kita juga  tidak akan bisa melakukan semua hal dan tidak perlu memaksa untuk itu.  

Merasa perlu untuk melakukan semua hal - Masalah lain yang masih menjadi fantasi dari banyak orang adalah bahwa kita dapat menjadi segalanya bagi semua orang, di mana saja sekaligus, dan menjadi pahlawan di semua lini. Ya kan namanya fantasi tidak salah juga sih. Tapi kenyataannya adalah kita bukan Superman atau Wonder Woman. Kita hanya manusia dan kita memiliki batasan. Pemikiran untuk melakukan semua hal ini harusnya dihilangkan.

Tidak punya waktu untuk me time. Hidupmu bukan untuk orang lain, tapi untuk dirimu sendiri.  Coba sesekali luangkan waktu untuk me time, melakukan semua hal yang membuat kita senang. Nonton film, membaca buku, atau piknik. Orang yang terlalu bersemangat bekerja biasanya akan lupa waktu untuk healing.

Kehilangkan skala prioritas. Prioritas tidak muncul dengan sendirinya. Melainkan kita sendiri yang harus menentukan skala prioritas hidup kita. Kita harus bisa membagi waktu untuk apa yang penting — waktu dengan anak-anak, waktu untuk me time, waktu untuk belajar, waktu untuk berolahraga, dll. Tentu kita juga harus bisa mengatakan tidak untuk hal hal yang terdengar dirasa kurang begitu bermanfaat.  

Ada kutipan motivasi dari Joshua Becker :

Our excessive possessions (and obligations) are not making us happy. Even worse, they are taking us away from the things that do. Once we let go of the things that don’t matter, we are free to pursue all the things that really do matter.”

Sometimes, minimizing possessions (and obligations) means a dream must die. But this is not always a bad thing. Sometimes, it takes giving up the person we wanted to be in order to fully appreciate the person we can actually become.

 

Yuk, hidup lebih sehat dan bahagia lagi! 🙂

Posting Komentar untuk "Semangat Boleh, Asal Jangan Terlalu Bersemangat Saja"